Thursday 21 February 2013

Jelaga Hati

Aku sedang berada di tepi kesadaran. Semuanya mengabut dan tak jelas. Rutinitas yang hanya itu-itu saja tanpa hasil yang nyata. Terjebak dalam penantian yang seolah tak berujung. Merasa hanya seorang diri berjuang untuk semuanya.... Untuk semua orang... Aku letih... tapi tak Bbisa untuk berhenti. Tak sanggup.... dan bahkan mungkin tak boleh. Terlalu banyak nyawa yang bersandar di punggungku. Padahal aku sendiri tak punya tempat bersandar. Tak ada tempat di mana aku bisa terbaring dengan nyaman tanpa rasa takut. 

Malam-malam panjang ketika aku tak dapat memejamkan mataku meski lelah tubuh sudah mendera. Otakku tak mau berhenti beraktifitas. Tak mau berhenti berpikir, padahal aku tak pernah tahu, apakah orang-orang yang berkeliaran di rongga kepalaku itu semuanya memikirkanku dengan cara yang sama atau tidak. Depresi mengintai, dan aku tahu kapan saja saat-saat ia mengintai untuk merangsek masuk. Lalu pikiran itu datang... "Lepaskan jiwamu yang letih. Biarkan pergi saja... Sudah terlalu lama... Sudah terlalu letih dirimu..." Suara-suara itu menggodaku untuk melakukan hal yang terlalu sering aku alihkan. Hati dan logika berperang. Mereka berdebat untuk mendapatkan perhatianku. Berkelahi untuk mendapatkan keberpihakanku. Tapi aku terlalu letih untuk berpihak...

Lalu aku menengok ke belakang. Mencermati apa-apa saja yang sudah aku lalui. Kehidupanku. Karirku. Percintaanku. Pertemananku. Semuanya... Tapi aku merasa kosong. Aku merasa belum mendapatkan apa-apa dalam hidupku. Aku bukan siapa-siapa. Tak ada yang mau memperjuangkanku. Membelaku. Atau melakukan apa saja demi aku. Hampa. Bahkan cinta pun terasa hambar. 

Cinta.... ah... betapa aku terjebak dalam penantian panjang ini. Aku telah mengusahakan semuanya. Bekerja keras agar semuanya baik-baik saja dan berhasil. Tapi aku merasa hanya aku sendiri yang berjuang. Selalu berjuang untuk mengerti, memahami dan memakluminya. Aku lelah... lelah sekali, tapi aku tak lagi tahu harus berbuat apa. Menagih janjinya padaku? Sudah aku lakukan. Memenuhi janjiku untuknya? Sudah pula aku lakukan. Hanya saja dia belum memenuhi janjinya padaku. Lalu apa yang bisa aku perbuat? Diam. Aku hanya diam. Diam. Dan diam. Lalu aku menunggu. Menunggu. Menunggu. Entah sampai kapan.

Aku membenci pekerjaanku. Ini bukan hal yang ingin aku lakukan. Aku rindu kerja-kerjaku yang lalu. Aku sangat ingin kembali, tapi seolah tak ada yang mau menerimaku. Lalu aku mulai mempertanyakan kemampuanku. Mungkin aku tak sehebat itu. Mungkin semua itu hanya kehebatan semu sesaat. Lalu semangatku pun mulai surut. Saat ini aku tak ingin melakukan apa-apa. Aku hanya ingin menutup diriku rapat-rapat dan bersembunyi di sudut yang gelap. 

Aku menunggu dirinya datang meraihku, tapi ia enggan mengulurkan tangannya kepadaku. Ia begitu sibuk dengan dirinya sendiri. Dengan dunianya yang tak berputar. Dan dengan permasalahan dalam dirinya. Ia tak pernah sadar bahwa aku pun hanya manusia biasa yang kadang perlu direngkuh dan dipeluk saat terjatuh. Tapi ia selalu menganggapku sebagai sosok yang kuat, yang mampu berdiri sendiri tanpa bantuannya. Hingga ketika aku terpuruk, ia terus saja berlalu tanpa menoleh ke belakang...

Yang terberat bagiku adalah mengukir senyum ketika jiwa sudah hancur berantakan. Palsu? Mungkin. Tapi aku tak yakin mereka akan menggubrisku jika aku berurai air mata. Aku hampir yakin mereka hanya akan memandangku, lalu berkata sambil mencibir, "Ternyata ia tak sekuat yang kita kira.... Kasihan..." kemudian berlalu, dan akhirnya melupakan keberadaanku. Atau mungkin menggunjingkan kelemahanku di belakang.

Aku labil. Bahkan ketika depresi sudah memelukku erat dan segenggam obat tidur sudah ada di tangan pun aku masih labil. Haruskah aku telan semua, atau satu per satu? Haruskah aku lakukan ini, atau tidak? Aku labil. Rentan dan labil. Lemah. Tanpa ada tempat bersandar dan berlindung. Aku sudah bosan jadi tempat bersandar bagi orang lain. Kapan giliranku? Lembar demi lembar beban yang aku punya, tak satu pun mampu aku salurkan. Aku tak bisa bercerita. Aku tak tahu kenapa aku tak bisa bercerita. Aku hanya tahu dadaku sesak. Lalu hanya depresi yang setia datang menjenguk dan menemaniku. Kerap kali aku harus mengusirnya. Lalu ia pergi dengan berat hati. Tapi ia selalu kembali. Ia pasti kembali lagi.

When you try your best, but you don't succeed
When you get what you want, but not what you need
When you feel so tired, but you can't sleep
Stuck in reverse....

And the tears come streaming down your face
When you lose something you can't replace
When you love someone, but it goes to waste
Could it be worse?

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you....

And high up above or down below
When you're too in love to let it go
But if you never try you'll never know
Just what you're worth...

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you...

[Jakarta, 21 Feb 2013 - in between depressions]



No comments:

Post a Comment