Hujan sore itu turun deras. Sederas air mata yang tak terlihat. Air mata itu tak mengalir turun di pipi, tapi di dinding hati. Setiap butir seperti mewakili kata yang terucap malam sebelumnya. Dan percakapan itu pun terulang lagi dan lagi dalam rongga kepala...
Dia: Jadi apa maumu?
Aku: Maumu apa?
Dia: Aku tak mau ini semua, tapi aku tetap mau kamu... dalam hidupku.
Aku: Kalau kau berniat membuangku dari hidupmu, mulailah berjalan dan jangan lihat ke belakang lagi. Lupakan... Lupakan semuanya.
Dia: Tapi hanya kamu yang bisa mengerti aku...
Aku: Kalau begitu, jangan buang aku!
Dia: Tapi kamu jauh. Kamu sia-siakan kesempatan yang ada kemarin. Kamu memilih untuk tidak bersamaku...
Aku: Kamu sudah tahu alasanku. Tidak semudah itu. Aku harus mempertimbangkan banyak hal.
Dia: Kalau begitu, kamu memilih untuk tidak bersamaku. Aku tidak mau ini semua. Aku tidak mau seperti ini. Bersama tapi berjauhan...
Aku: Baiklah. Kalau tidak mau, cepat beranjak pergi. Tapi jangan cari aku lagi.
Dia: Kenapa semuanya selalu hitam-putih denganmu?
Aku: Karena pilihannya hanya bersama atau tidak sama sekali.
Dia: Tapi jarak ini nyaris membunuhku...!
Aku: Kamu pikir hanya kamu yang merasa seperti itu? Aku juga...
Dia: Tapi kamu memilih untuk tinggal di sana. Tidak bersamaku... Aku tidak sanggup seperti ini terus. Aku mau hentikan semuanya!
Aku: Itu sudah... Aku sudah katakan, silakan pergi dan berlalu dari hidupku, tapi jangan coba-coba mencariku. Biarkan aku sendiri...
Dia: Tapi aku masih ingin memilikimu dalam hidupku. Aku ingin ada kamu, menjadi bagian dari hidupku.
Aku: Jika kita berpisah maka aku SUDAH PERNAH menjadi bagian dari hidupmu. Sudah cukup!
Dia: Aku tidak mau begitu. Aku ingin kita tetap bersama meskipun tak bersama...
Aku: Aku tidak mau! Perjuangkan atau pergi dari hidupku!
Dia: Kenapa harus begitu?
Aku: Kenapa harus seperti yang kamu mau?
Dia: Ini namanya kompromi.
Aku: Bukan! Ini namanya egois! Aku tidak mau seperti itu. Berjuang bersamaku jika kamu ingin aku dalam hidupmu. Atau... Pergi dan tinggalkan aku jika kamu rasa aku tak pantas diperjuangkan. Tapi aku tak butuh pertemananmu. Aku tidak mau!
Dia: Tidak harus begitu...
Aku: Aku bisa mengatakan hal yang sama padamu dan jawabanmu akan tetap sama...
Dia: Kenapa harus keras kepala seperti ini...?
Aku: Karena aku sudah memutuskan, tak akan pernah lagi bersujud di kakimu untuk memohon dirimu agar tak tinggalkan aku. Aku tak mau lagi mengikuti semua permainanmu. Aku sudah lelah... Jika kamu ingin aku jadi bagian dalam hidupmu dan masa depanmu, kamu harus mau bertahan. Jika tidak... sekali lagi aku katakan... Pergi dan tinggalkan aku sekarang juga. Jangan tengok ke belakang. Jangan pernah mencariku lagi... Tetaplah berjalan ke dapan...
Aku: Karena aku sudah memutuskan, tak akan pernah lagi bersujud di kakimu untuk memohon dirimu agar tak tinggalkan aku. Aku tak mau lagi mengikuti semua permainanmu. Aku sudah lelah... Jika kamu ingin aku jadi bagian dalam hidupmu dan masa depanmu, kamu harus mau bertahan. Jika tidak... sekali lagi aku katakan... Pergi dan tinggalkan aku sekarang juga. Jangan tengok ke belakang. Jangan pernah mencariku lagi... Tetaplah berjalan ke dapan...
--- sign out ---
[medio February 2012] ~
No comments:
Post a Comment