Tuesday, 3 September 2019

PONTIANAK ATAU PUNTIANAK?

Awal 2019 gw ketiban tugas tambahan untuk menyiapkan 2 kantor baru, di Pontianak dan di Balikpapan. Setelah diskusi dg babeh, diputuskanlah bahwa tingkat urgensi untuk kantor Pontianak lebih tinggi ketimbang Balikpapan, karena yg di Pontianak bentuknya rumah, sementara Balikpapan dalam bentuk gedung perkantoran. Maka gw dikirim lah ke Pontianak selama seminggu untuk beresin rumah bakal kantor baru itu.

Hari pertama tiba, gw langsung janjian dg realtor yg ngurus sewa menyewa rumah itu. Koh Jun jemput gw di hotel lalu kami sama-sama naik mobilnya menuju lokasi yg cukup dekat dg hotel tempat gw menginap. Memang sengaja cari yg lokasinya dekat dg hotel, biar kalo ada kegiatan nggak susah. Lima menit kemudian mobil berhenti di depan sebuah rumah berlantai 2 di kawasan Palapa. "Area ini semacam ring 1 mbak, yg tinggal di sini petinggi TNI dan Polri semua, jadi kalo ada apa-apa yg berbau kerusuhan, area ini yg pertama kali disterilkan. Aman lah di sini." kata si Kokoh menjelaskan.

Koh Jun membuka gembok pagar lalu mempersilakan gw untuk masuk ke halaman rumah. Kondisi rumahnya cukup baik, sepertinya gw nggak perlu banyak khawatir soal renovasi atau perbaikan lainnya. Tapi ya harus tunggu sampai liat kondisi di dalam lah. Sambil membuka kunci pintu, Koh Jun menjelaskan nomor-nomor kuncinya, karena setelah kunjungan ini, kunci-kunci itu akan diserahkan ke gw. Agak susah membuka kunci pintu depan itu, mungkin karena udh lama. Akhirnya pintu berhasil dibuka, Koh Jun membuka lebar kedua daun pintunya. Seketika itu juga hawa pengap dari dalam rumah menyeruak. Gw agak tersedak. "Ini sempat kosong berapa lama, koh?" tanya gw sambil melangkah masuk dan mengibaskan tangan di depan muka, seolah tindakan gw itu bisa membantu menghilangkan hawa pengap yg merangsek. "Kira-kira 6 bulan lah mbak. Pemiliknya punya banyak properti, jadi agak nggak terurus. Ini pun saya berhubungannya sama sekretarisnya. Kalo owner nya sih tau beres aja ada duit masuk." Koh Jun berkata sambil berjalan mendahului gw.

Ruangan terbuka di lantai bawah itu bentuknya semi letter-L dengan mezzanine di atas. Di sebelah kiri ada garasi yang udh diblok dan dialihfungsikan sebagai ruangan baru. Di sebelah kanan ada 1 ruangan, di ujungnya terdapat kamar mandi. Lalu ada tangga menuju lantai 2. Ruang tengah memanjang, berbatasan dg teras belakang dan dapur. Dari teras belakang ada tangga ke atas, menuju kamar pembantu dan area jemur pakaian. "Mari mbak, liat ruangan yg ini dulu." Koh Jun mengajak masuk ke ruangan sebelah kiri. Ketika pintu dibuka, hawa pengap lagi-lagi seolah berebutan untuk keluar dari ruangan. Ruangan itu tidak berjendela maupun lubang angin. Ada kasur tergeletak begitu saja di sana, "Ini punya yg jaga rumah mbak. Sayangnya, yg jaga rumah sini hanya jaga aja, tapi dia nggak pernah bersihkan." kata Koh Jun. Pantesan! Gw mbatin. Masuk lebih dalam di ruangan itu, ada sebuah ruang kecil dan lorong sempit. "Ruang kecil ini bisa untuk gudang peralatan lah. Kalo lorong ini.... yaaa... nanti terserah mau dipakai untuk apa." kata Koh Jun lagi. Gw menyapu seluruh ruangan yg temaram karena lampu yg digunakan hanya watt kecil. "Listrik-listrik pusatnya di sini mbak." kata Koh Jun sambil menunjuk panel listrik yg berlabel AC, Kamar Mandi, Ruang Tengah, dll. "Tinggal dinaikkan aja nanti" lanjutnya.

Koh Jun mengajak gw untuk melihat ruangan di sebelah kanan ruang tamu. "Yang ini bisa untuk ruang kerja direktur atau manajer mbak. Mungkin juga untuk bagian keuangan." kata Koh Jun. Gw hanya mengangguk-angguk aja sambil berkhayal perabot apa yg nanti bakal gw butuhin untuk setiap ruangan. "Di ujung sini ada kamar mandi." Koh Jun menunjuk dan mengajak gw untuk liat ke dalam. Air mengalir, tidak deras, tapi ada. Ketika tutup kloset dibuka, genangannya berwarna hitam. "Ini tinggal dibersihkan aja kok." kata Koh Jun buru-buru ketika liat perubahan ekspresi wajah gw. Hahahaha. Kamar mandi itu terletak di ujung lorong antara ruang sebelah kanan dg tangga. "Air di sini gimana Koh? Bagus nggak? Atau sering masalah?" gw nanya. Si kokoh berdehem sedikit, "Air....sih bagus. Ada pompa juga kok di sini mbak..." katanya cepat sambil berjalan ke sisi sebalik dari tangga. Bagian bawah tangga dipake untuk naro pompa rupanya, dan dibuat seperti ruang kecil.

Setelah itu Koh Jun mengajak gw melihat dapur lalu kamar tidur pembantu, sebelum akhirnya mengajak gw untuk liat lantai 2. "Kita ke lantai 2 ya mbak?" ajaknya. Gw manut sajalaaaah. "Ada berapa kamar di atas?" tanya gw. "Ada 2 kamar. Satu master bedroom yg besar dg kamar mandi di dalam, satu lagi yg kecilan, dg kamar mandi di luar, Jadi total kamar mandi di rumah ini ada 4 dg kamar mandi pembantu." jelasnya. Di antara area kamar dengan kamar mandi, ada foyer yg dari bawah terlihat seperti mezzanine. Jadi siapapun yg ada di atas, bisa melihat siapa yg ada di ruang tamu bawah. Gw diajak ke kamar utama dulu. Kamar besar menghadap ke bagian depan rumah dengan balkon. Kamar mandinya terletak agak tersembunyi, harus lewat lorong yg bisa difungsikan sbg area walk in wardrobe. Kamar mandinya lumayan sih, ada bath tub nya, tapi layout dan penempatan bath tub nya agak aneh menurut gw dan nggak lazim. Kamar ini dilengkapi jendela-jendela besar, sinar matahari nggak kurang deh, bisa masuk dg leluasa. Kamarnya terang dg pencahayaan alami. Not bad lah, gitu pikir gw.

Kamar satunya ada di seberang kamar utama. Ukurannya lebih kecil, ada balkonnya juga tapi menghadap ke tembok pagar belakang rumah. Ya percuma juga kali yaaaa. Ketika gw masuk, hawanya nggak enak. Agak lembab. Mungkin karena jarang dibuka. Yg menarik adalah, di bagian dalam pintu kamar ini tertempel ayat Qursi berukuran cukup besar. "Yg punya rumah ini org Melayu, Koh?" tanya gw. "Bukan mbak, Chinese." jawabnya. Oh? Okay..... "Sebelumnya, rumah ini disewa sama keluarga apa gimana, Koh?" gw nanya lagi sambil ngecek pintu balkon. "Kalo nggak salah untuk kantor mbak. Kantornya salah satu badan pemerintahan gitu deh. Seingat saya sih nggak pernah disewa untuk dipake jadi rumah tinggal." Koh Jun menjawab. Hmmmmm.... "Kita liat kamar mandinya dulu Koh." kali ini gw yg ngajak, "Boleh, boleh mbak..." kata Koh Jun. Koh Jun merapatkan pintu di belakangnya lalu berjalan membuntuti gw. Sekian langkah lagi tiba di kamar mandi, tiba-tiba.... braaaakkkkk.... pintu kamar terbuka lagi. Lalu, grrrreeekkkkk.... pintu kamar utama ikut terbuka. Koh Jun ketawa awkward gitu, "Oh, ini angin aja mbak." kata dia sambil sibuk merapatkan kedua pintu itu satu per satu, gw senyum aja. Gw cuma perlu ngelongok kamar mandinya aja untuk liat situasi. "Udah Koh. Saya udah tau harus ngapain." ajak gw. Kami pun bergegas turun ke lantai bawah lalu menuju pintu depan. Sebelum keluar, gw membalikkan badan sekali lagi untuk liat seluruh ruangan, biar dapet gambaran aja nanti mau taro perabot apa aja dan di mana. Gw melirik ke arah mezzanine. Nggak ada apa-apa sih....

Koh Jun mengantar gw kembali ke hotel. Gw rebahan sebentar sambil bikin daftar barang yg diperlukan untuk ngisi kantor baru itu, lalu gw ngontak Ennyla, kawan baik gw semasa kuliah yg tinggal di Pontianak. "En, kalo ada waktu senggang, temenin gw jalan ya? Market survey buat barang." Ennyla setuju. Agak siang menuju sore dia jemput gw ke hotel, lalu kami jalan ke beberapa tempat untuk cari liat harga barang. Malamnya kami nyambangi Anne, kawan sekelas semasa kuliah juga yg tinggal di Pontianak. Anne nraktir kami makan malam di hotel tempatnya bekerja. "Ne, lu ada tau org yg bisa dibayar harian buat bersihin rumah nggak? Gw perlu buat bersihin kantor baru nih..." gw cerita sedikit tentang situasi dan kondisi rumahnya."Ada. Pake anak-anak housekeeping sini aja, Ma. Gw juga suka minta tolong mereka buat bersihin rumah nyokap kok. Lumayan lah buat tambah-tambah uang jajan mereka." Ugh! Seneng banget gw! Anak housekeeping hotel bintang 4 - bintang 5 pasti kerjanya oke tuh, dan mereka pasti tau cara ngilangin kotoran membandel (halah! Kok kek iklan deterjen!).

Selesai makan, gw diantar Ennyla balik ke hotel. "En, Pontianak tuh kenapa namanya Pontianak sih? Bedanya apa sama Puntianak? Kalo bahasa Melayu, puntianak tuh kan kunti yak? Kalo di sini, pontianak tuh artinya apa?" tiba-tiba gw nanya. Ennyla ketawa aja. "Artinya sama aja, Ma. Sini namanya Pontianak karena dulunya emang banyak kuntilanak di sini." jawab Ennyla enteng. "Hah? Serius lu?" kata gw. Ennyla ngangguk, "Iyaaa! Dulu tuh daerah sini banyak banget keliaran. Org banyak yg liat juga." sambungnya. Oalaaaaah! Kirain gw beda arti.

LONG STORY SHORT....

Besok siangnya gw janjian di rumah dg anak-anak housekeeping yg akan bersihin, sekalian gw ketemuan sama calon OB yg diajukan sama Pak Basuki, driver gw di Pontianak. Gw kasih tunjuk lah ruangan-ruangannya dan apa aja yg harus dikerjakan. Setelah selesai house tour, gw jalan lagi sama Ennyla untuk mulai belanja beberapa barang kebutuhan bersih-bersih sesuai permintaan. Setelah ngedrop segala alat dan cairan pembersih di kantor, gw jalan lagi untuk ketemu dg pemilik toko perabot kenalannya Koh Jun. Gw janji sama anak-anak, gw akan kembali ke rumah sore hari sambil bawain makan malam untuk mereka.

Sorenya gw didrop sama Ennyla di kantor. Anak-anak masih sibuk bebersih. General Cleaning. Rumah itu cukup besar dan lumayan kotor, gw memperkirakan akan butuh setidaknya 3 hari untuk bisa bener-bener bersih dan layak huni. Untung aja gw hire anak-anak housekeeping ini, karena pembantu biasa nggak bakalan bisa bersihin sampe detil. Anak-anak sedang bersihin lantai atas ketika gw datang, hari menjelang maghrib. Lampu-lampu rumah udh mulai dinyalakan. Gw minta mereka utk nyalakan semua, supaya gw bisa tau ada berapa lampu yg harus diganti. Ikbal, yg jadi koordinator, ngajak gw untuk liat ruangan yg udh dibersihin, terutama kamar mandi yg sebelumnya berkerak. Semua kinclong! Wooow! Puas banget gw liatnya. Kamar-kamar lantai atas juga udh bersih semua. "Bu, diliat dulu kamar mandinya..." kata Ikbal sambil ngajak gw ke kamar mandi di kamar utama, lalu ke kamar mandi lantai 2. Semua udh bersih. "Besok tinggal bersihin sekali lagi semuanya, karena rumah lama kosong begini nggak bisa sekali jadi, bu." kata Ikbal lagi. Gw setuju. Ketika akan keluar dari kamar utama, gw berasa ada angin sekelebat lewat di samping kanan gw. Duh.... malesin amat yak!

Sambil nunggu mereka beresin lantai atas, gw pesen GoFood untuk makan malam mereka. Gw duduk di ruang tamu sambil ngerokok. Dari posisi duduk gw, mezzanine letaknya ada di sebelah kiri atas. Entah kenapa kok gw ngerasa ada yg merhatiin. Dari ekor mata gw bisa ngeliat ada seorang gadis dengan rambut di atas bahu, sedang berdiri. Dia pake rok midi warna biru muda dan blus longgar warna putih. Berdiri tepat di tepian mezzanine sambil ngeliat ke bawah. Yassalaaaaaaaammmm..... MALESIIIIIN.....!!!! Gw beranjak dari tempat duduk gw untuk menuju kamar mandi bawah. Kunci kamar mandinya yg standar aja. Ketika gw udh selesai urusan di toilet, pintunya nggak bisa dibuka doooong! Iiiiih KZL! Padahal kuncinya udh dalam keadaan terbuka, tapi handle nya nggak bisa diputar. Gw gedor-gedor pintunya dan gw panggil-panggil si Ikbal, "IKBAAAAALLLL.....!!!! BAAAALLL....!!!! IKBAAAAALLLL....!!!! BUKAIN DOOOONG! GW KEKUNCI NIIIIH!" ga ada respon. Ah, sial. Anak-anak masih di lantai atas semua. Agak panik gw sebenernya. Handle pintu gw puter-puter ke kanan dan ke kiri. Tetep stuck. Kekunci. Cialaaaaatttt....!!!! Gw brenti sebentar untuk menenangkan diri. Gw tangkupkan kedua tangan gw jadi satu.... Tarik nafas dalam-dalam..... hembuskan..... Tenang Rat.... pintu ini ga bisa kebuka cuma karena lu panik. Tenang.... gw mbatin sendiri. Trakkk!!! Tiba-tiba ada bunyi dari handle pintu itu. Kaget sih gw, sebenernya.... Sambil nahan nafas gw putar handle nya. KEBUKA!!!! HOREEEE.....!!!!! Pada saat yg sama Ikbal dan yg lain-lain turun dari lantai 2, "Bu, kami udh selesai. Ibu mau kami antar ke hotel?" tanya Ikbal, "MAU!!!!" gw langsung jawab tanpa basa-basi. Nggak satupun dari 4 org anak housekeeping ini yg menyinggung soal suara gedoran pintu kamar mandi yg gw lakukan. Apakah ini karena mereka semua nggak dengar? Padahal bebersih di atas tanpa alat yg menimbulkan suara bising loh! Sehabis makan malam, gw diantar pulang ke hotel oleh Ikbal dan teman-temannya.

Setelah proses ngisi perabot selesai dan kantor diresmikan, ditaro lah si dedek Januar dari kantor Jakarta di situ. Januar menempati kamar yg kecil di atas. Ketika dalam satu kesempatan kami ketemu lagi, gw cuma iseng nanya sama dia, "Gimana Jan? Udh kenalan sama yg di lantai atas?" maksudnya sih becanda, dan gw nggak yakin kalau dia ngalamin yg aneh-aneh. Di luar dugaan Januar ketawa asem lalu cerita. Malam pertama tidur di kamar itu punggungnya ditepuk seseorang... atau sesuatu? Hahahaha. Billy, yg dari Sintang menempati kamar utama setiap kali berkunjung ke Pontianak. Billy sih nggak pernah liat apa-apa, cuma berasa agak nggak enak aja di lorong arah kamar mandi di kamar utama. Kamar itu sering dipake sholat sama Billy, "Agak lumayan lah teh, teu keueung teuing." kata Billy.







Monday, 2 September 2019

SERUNYA KKL KAMI DI BALI - Memoir Angkatan 94 - Hari Keempat (Terakhir)

Udh 2 malam berturut-turut gw kebangun karena gorden di ruang tamu tempat gw tidur tuh bergerak. Udh 2 kali itu pula gw mendapati pintu kaca yg menuju ke teras ternyata terbuka lebar. Sambil nutup pintu gw misuh-misuh dalam hati, "anak-anak nih pasti lupa nutup deh tadi."

Tibalah hari terakhir. Kami ga perlu gedumbrangan bangun pagi-pagi buta. Agak santai. Habis mandi dan beresin koper, gw buka gorden dan pintu kaca ruang tamu lebar-lebar. Lumayan, ada angin dan bisa nikmati. Karena biasanya mah ga sempat. Biasanya, Jam 7 kami udh di bus semua utk pergi kunjungan.

Lalu ga lama kemudian Lina dan Silvi keluar dari kamar sambil bawa koper masing-masing. "Waaaaaah ternyata ini pintu kaca ya? Aku ga tau loh!" kata Lina. "Waaaah iya! Tau gitu kita buka dari kemaren ya Lin? Biar ada angin!" Silvi nyambung. Lalu dua-duanya sibuk berceloteh ttg betapa sayangnya mereka baru ngeh soal keberadaan pintu itu pas hari terakhir. "Kirain teh cuma kaca mati." kata Lina.


Gw diem aja sambil mbatin, "Jadi yg 2 malam terakhir lupa nutup pintu itu tuh siapa?" Meh! Positive thinking aja gw mah, mungkin org housekeeping nya

Hari check out
Area sarapan adalah medan perang. Cari tempat duduk selalu sebuah perjuangan. Jadi, gw dan Silvi duluan cari tempat duduk, ga lama Nur nyusul.  Silvi ngasih tau bahwa sebelum check out, dia mau turun dulu ke Kuta sebentar untuk last minute shopping, jadi dia mau titip jagain kopernya ke gw. Sebentar kemudian gw liat Lina nyamperin, setengah lari. "Eh, Rat, tadi lu balik lagi ke kamar ga?" dia tanya dg wajah sedikit pucat. Gw ngegĂ©leng, "Nggak." Lina nengok ke Silvi, "Lu, Vie?" Silvi juga geleng," Nggak lah. Kan gw bareng Ratri." kata Silvi. "Lu, Nur?" Nur cuma geleng sambil ngunyah. Lina langsung lemes, duduk di kursi depan gw. "Kenapa sih?" gw nanya.
Lina cerita, jadi setelah semua keluar dari kamar, dia masih di kamar mandi. Trus, dia denger spt ada yg buka pintu depan. Dia kira salah satu dari kami yg ketinggalan barang di kamar. Trus dia denger ada yg manggil nama dia, suaranya agak jauh kayak baru masuk unit gitu. "Liiin... Linaaa..." Dia jawab, "Yaaaa? Di kamar mandi!" kata dia. Trus hening. "Siapa sih?" kata Lina. Ga ada jawaban. Ga lama, dipanggil lagi, "Lin! Linaa!" suaranya agak deket. "Iyaaaa lagi di kamar mandi. Bentar!" dia jawab dg sedikit gusar. Trus hening lagi. Eeeeeh, tiba-tiba dipanggil lagi, "LINA!!!!" dg agak nyentak nadanya dan kedengerannya seperti di depan pintu kamar mandi. "APAAN SIH???!!!" Lina nyentak balik sambil buka pintu. Dan.... Ga ada siapa-siapa di kamar... 

Meskipun kaget, dia masih kira itu salah satu dari kami yg saat itu udh keluar kamar lagi. Sampe dia sadar bahwa kunci pintu depan unit masih ngegantung di dalem dan pintunya dalam keadaan terkunci. Iya. Terkunci, karena pas kami semua keluar, dia kunci lagi pintunya dari dalem. Jelas pintu depan ga bisa dibuka dari luar dan pintu kaca juga udh gw tutup plus kunci sebelum kami keluar. Ngibrit lah dia ke restoran sambil geret kopernya, nyari kita. 


Denger ceritanya gw cuma berkomentar pendek, "Untung ga pake acara digedor pintunya, Lin" Komentar gw itu pun berbuah cubitan keras dari Lina.

Sebenernya gw sempat heran kenapa di antara kami berempat sepertinya cuma Lina dan gw aja yg ngalami hal aneh-aneh selama di Bali, Silvi dan Nur keknya adem ayem aja. Tapi belakangan ketika udh check out gw baru tau, ternyata Nur pernah ditarik-tarik kakinya waktu lagi tidur. Tapi dia ragu mau cerita, takut ga ada yg percaya. Oalaaaaaaah.... kasian amat si Nur.


Sebenernya kalo dipikir-pikir lagi, kejadian selama KKL di Bali tuh lebih banyak ngeselinnya ketimbang horror nya. Hahahaha. Kebanyakan anak-anak yg ikut KKL di angkatan gw itu ga cerita kalo ngalamin kejadian aneh. Mereka baru pada saling cerita pas breakfast di hari check out atau dalam perjalanan pulang ke Bandung. Yg gw denger sih, ada anak cowok jurusan Inggris yg sejak malam pertama tidurnya selalu diganggu gara-gara siangnya nendang sesajen. Trus, ada yg ditarik-tarik selimutnya pas lagi tidur. Ada yg ditarik-tarik kakinya pas lagi tidur. Rata-rata denger suara kursi atau meja digeret-geret di lantai atasnya (termasuk kamar yg lantai atas pun denger). Ada yg pintu unitnya diketok-ketok kalo malem. Ada yg toiletnya suka nyala sendiri flush nya. Ada yg ketindihan pas lagi tidur. Ada yg liat leak trus leaknya parkir di tembok luar kamar (tiap kamar di tembok luarnya ada topeng leak sih emang).


Yaaaa gitu deh.... Semua cerita pas lagi check out dg komentar, "UNTUNG AJA KITA UDAH CHECK OUT YAAAAA!" - Tapi yg masih jadi misteri sampe sekarang adalah, kenapa si kakak anggota Menwa yg inspeksi ke unit gw di malam pertama itu nyuruh gw tidur dengan lampu dalam keadaan menyala?? Entah...